Rabu, 20 Juli 2011

Ibadah Kok Cari Untung


Dikutip dari Al Hikam Syeikh Ibnu 'Athaillah As-Sakandary
Siapapun yang beribadah kepada Allah karena motivasi kepentingan tertentu dengan harapan dariNya, atau beribadah dalam rangka menolak bencana dari Allah, maka sesungguhnya orang tersebut tidak berpijak dengan benar sesuai sifatNya.

Kenapa demikian? Karena betapa banyaknya orang beribadah kepada Allah tidak didasari keikhlasan (Lillaahi Ta'ala), tetapi demikian yang lain, kepentingan duniawi, naiknya jabatan, dagangannya laku, bahkan demi menolak bala dan bencana atau siksa.

Apakah Allah Ta'ala memerintahkan kita melakukan ibadah dan menjauhi laranganNya karena sebuah sebab dan alasan-alasan tertentu? Bukankah kita beribadah karena kita harus melakukan atau menyambut sifat RububiyahNya melalui sifat Ubudiyah kita? Bukankah segalanya sudah dijamin Allah, dan segalanya dariNya, bersamaNya, menuju kepadaNya?

Apakah Allah tidak layak disembah, tidak layak menjadi Tuhan, tidak layak diabdi dan diikuti perintah dan laranganNya, manakala Allah tidak menciptakan syurga dan neraka?

Bukankah Rosulullah saw, mengkhabarkan, "Janganlah diantara kalian seperti budak yang buruk, jika tidak diancam ia tak pernah bekerja. Juga jangan seperti pekerja yang buruk jika tidak diberi upah tidak bekerja..."

Dalam kitab Zabur Allah berfirman, "Adakah orang yang lebih zalim dibanding orang yang menyembahKu karena syurga atau takut neraka? Apakah jika Aku tidak menciptan syurga dan neraka, Aku tidak pantas untuk dituruti?"

Suatu hari Junaid Al-Baghdady dibangunkan oleh pamannya sekaligus gurunya, Sary as-Saqathy.
"Ada apa paman?"
"Aku melihat seakan-akan aku ada dihadapan Allah dan Dia berkata kepada saya.... Wahai Sary, Aku meniciptakan makhluk mereka mersa mencintaiKu. Begitu aku menciptakan dunia, mereka lari semua dariKu dan tinggal sepuluh persen. Lalu Aku Menciptakan syurga, sisa makhluk itupun lari semua (ke syurga), tinggal satu persen saja. Lalu Aku memberikan cobaan pada mereka ini, mereka pun lari semua dariKu tinggal 0,9 persen. Aku bicara pada makhlukKu yang tersisa itu yang masih bersamaKu. dan merekapun menjawab, "Manakala Engkau Sendiri yang memberi cobaan, alkukanlah sekehendakMu..."
Mereka itulah hamba-hambaKu yang sebenarnya.

Semua ini jadi renungan kita agar dalam setiap niat dan motivasi ibadah kita agar semata hanya menuju Allah, Lillahi Ta'ala, agar kita terbebas dari penjara kemakhlukan, dan menyatu dalam musyahadah denganNya. Ikhlas adalah ruh dari seluruh ibadah kita. Bukan yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar